Hasil Penelitian
Kenapa Orang Suka Minum Kopi Meski Terasa Pahit? Begini Kata Para Ahli
Senin, 24-12-2018 - 14:39:18 WIB
|
ilustrasi
|
Temuan baru menunjukkan bahwa orang mungkin secara genetik cenderung menyukai rasa minuman tertentu yang rasanya enak. Sedangkan minuman yang punya rasa tajam, biasanya dihindari.
Namun saat ini, telah terjadi evolusi terhadap kesukaan manusia terhadap rasa, dimana orang sekarang menyukai minuman yang rasanya pahit seperti kopi.
Rasa pahit kopi secara teoritis harus mendapat respons negatif dari orang-orang, namun minuman ini adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia.
Para peneliti di balik sebuah studi baru percaya mereka mungkin telah menemukan mengapa manusia menikmati minum kopi, meskipun sangat pahit.
Para ilmuwan dari Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, IL, dan QIMR Berghofer Medical Research Institute di Australia bekerja sama untuk meneliti hubungan antara sensitivitas genetik seseorang terhadap zat pahit, dan tingkat minuman pahit yang mereka konsumsi.
Penelitian oleh Marilyn Cornelis, asisten profesor kedokteran pencegahan di Universitas Northwestern dan rekannya menggunakan dua set data, dan mereka telah mempublikasikannya di jurnal Scientific Reports.
Dataset pertama berasal dari studi skala besar Australia yang menunjukkan hubungan antara varian genetik dan bagaimana orang merasakan selera yang berbeda.
Para peneliti menyoroti varian spesifik yang mereka yakini bertanggung jawab atas persepsi yang lebih tinggi tentang kepahitan dalam tiga zat: kafein, kina, dan Prop, yang merupakan senyawa pahit lain yang ada di beberapa sayuran.
Dataset kedua berasal dari UK Biobank, sebuah fasilitas penelitian yang menyimpan sampel darah, urin, dan air liur dari ratusan ribu orang. Tim peneliti menggunakan lebih dari 400.000 sampel pria dan wanita bersama dengan jawaban yang dilaporkan sendiri dari kuesioner tentang konsumsi minuman.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen alami yang disebut 'Pengacakan Mendel' untuk membandingkan varian dalam gen orang dengan seberapa sering orang yang sama minum kopi, teh, dan alkohol.
Yang dimaksud peminum kopi berat adalah seseorang yang minum lebih dari 4 cangkir sehari sementara minum teh berat lebih dari 5 gelas setiap hari. Peminum alkohol berat dianggap mereka yang minum lebih dari tiga atau empat kali setiap minggu.
Para ilmuwan menentukan bahwa seseorang yang lebih peka terhadap rasa pahit kafein lebih banyak minum kopi. Namun, mereka yang memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap PROP dan kina melaporkan kurang minum kopi.
Para ilmuwan telah mendokumentasikan dengan baik efek stimulasi kafein pada otak, membuat mereka percaya bahwa respons ini bertindak sebagai semacam penguatan positif. Jadi, ada kemungkinan bahwa peminum kopi reguler mengembangkan kemampuan untuk mendeteksi kafein atau sekadar merasakannya.
"Studi ini memberikan beberapa jawaban tentang mengapa orang-orang tertentu berisiko lebih tinggi mengonsumsi minuman pahit ini," kata penulis pertama Jue Sheng Ong, mencatat bahwa penelitian ini juga memberikan beberapa temuan menarik selain kopi.
"Jika Anda secara genetis cenderung merasakan kepahitan dalam kecambah brussel, maka Anda lebih cenderung lebih menyukai secangkir teh daripada kopi," katanya seperti dilansir medicalnewstoday.
Temuan ini memang memiliki keterbatasan. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memvalidasi apakah memang ada hubungan sebab akibat antara gen dan persepsi rasa tertentu.
Studi lebih lanjut juga perlu melihat apakah mereka menemukan hasil yang sama pada populasi non-Eropa.
Namun, penelitian ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang tidak dapat menolak minuman tertentu, meskipun ada konsekuensi kesehatan negatif yang mungkin menyertai mereka. Oleh karena itu, para ilmuwan yang memimpin penelitian ini berencana untuk menggali lebih jauh ke dalam hubungan antara persepsi rasa dan kesehatan.***
Komentar Anda :