JAKARTA -- Tindakan bunuh diri sering kali berawal dari depresi yang tak tertangani. Oleh karena itu, penting untuk menangani depresi agar ide dan keinginan, hingga percobaan bunuh diri dapat dicegah.
Pencegahan dapat dilakukan dengan lebih peka pada kondisi orang terdekat yang mengalami depresi dan menunjukkan tanda-tanda bunuh diri.
"Penyebab seorang individu mencoba melakukan upaya bunuh diri yang terbanyak adalah simtom depresi. Oleh karena itu, masyarakat harus mampu melakukan upaya pencegahan kalau ada anggota keluarga mengalami gejala-gejala depresi," kata dokter spesialis kedokteran jiwa, Agung Frijanto di Kementerian Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day diperingati setiap 10 Oktober untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa. Tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema pencegahan bunuh diri dengan aksi 40 detik.
Data global menunjukkan setiap tahunnya lebih dari 800 ribu orang meninggal dunia karena bunuh diri atau setara dengan satu kematian setiap 40 detik.
Untuk mencegah bunuh diri, Agung menyebut setiap orang mesti mengetahui gejala depresi. Gejala depresi dapat dilihat melalui perubahan pada tiga aspek yakni afek (perubahan perasaan), kognitif, dan fisik.
Gejala depresi pada afek ditandai dengan munculnya rasa sedih berlarut-larut, hilang minat, apatis, anhedonia (tidak merasa puas dan bahagia), tak bertenaga, tidak bersemangat, dan mengisolasi diri.
Gejala depresi secara kognitif ditunjukkan dengan perilaku rendah diri, konsentrasi dan daya ingat menurun, ragu-ragu, rasa bersalah, serta muncul ide serta percobaan bunuh diri.
Sedangkan secara fisik dicirikan dengan psikomotor menurun, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, lelah, dan hasrat seksual menurun.
Saat gejala-gejala depresi itu muncul, Agung menyebut, setiap orang berkewajiban untuk membantu keluarga atau teman yang mengalaminya. Bantuan dapat diberikan dengan mendengarkan permasalahan yang dialaminya, memberikan dukungan, dan membantu mencari pertolongan medis.
"Orang tua, guru, dan teman harus lebih peduli. Lingkungan yang suportif dan tindakan medis dapat membantu orang yang depresi," ucap Agung.
Psikiater ataupun psikolog akan membantu mencari solusi dan jalan keluar menyelesaikan depresi yang sedang diderita. (JW)
Komentar Anda :