BULETINSATU.com -- Sistem imun menjadi mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman bahaya. Dalam menjalankan fungsinya, sistem imun bakal memberikan respons saat ada bahaya yang masuk. Respons bisa dimodifikasi dengan konsumsi suplemen yang bersifat imunomodulator.
Pada dasarnya, imunomodulator merupakan zat yang dapat memodulasi atau memengaruhi sistem imun tubuh menjadi ke arah normal.
Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania mengatakan, ada dua jenis imunomodulator yang di antaranya adalah imunostimulasi dan imunosupresif.
"Imunostimulan, senyawa itu bisa meningkatkan kerja komponen sistem imun, bisa diberikan untuk meningkatkan respons imun terhadap penyakit. [Sedangkan] imunosupresif, senyawa yang bisa meredakan hiper-inflamasi, menekan sistem imun," jelas Inggrid dalam webinar bersama Fatigon Promuno, beberapa waktu lalu.
Imunomodulator bisa ditemukan dalam sejumlah bahan herbal. Berikut di antaranya.
1. Echinacea
Echinacea merupakan tanaman bunga yang tumbuh di area timur Pegunungan Rocky, Amerika Serikat. Tanaman ini dimanfaatkan mulai dari bagian bunga, akar, dan daun untuk keperluan pengobatan.
Inggrid mengatakan, echinacea memiliki sifat imunostimulasi yang kuat. Tanaman ini terbukti mampu mempercepat penyembuhan selesma dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Kendati demikian, echinacea juga memiliki kekurangan. Karena bersifat sebagai imunostimulasi yang kuat, echinacea tak bisa dikonsumsi jangka panjang. "Echinacea aman dikonsumsi selama 8-16 pekan berturut-turut," kata Inggrid.
Selain itu, echinacea pun akan memicu kontraindikasi dengan orang yang memiliki gangguan autoimun.
2. Meniran
Tanpa harus mengimpor echinacea dari luar negeri, Indonesia memiliki tanaman herbal asli dengan sifat serupa, yakni meniran.
Inggrid mengatakan, meniran tidak kalah dengan echinacea. Dari sebuah uji klinis, meniran terbukti mampu mempercepat penyembuhan cacar air.
Bedanya dengan echinacea, meniran merupakan tanaman herbal yang aman digunakan jangka panjang dan tidak ada batas maksimal. Meniran pun tidak mempunyai kontra indikasi.
3. Jahe merah
Jahe, khususnya jahe merah, punya sifat seimbang antara imunostimulasi dan antiradang atau imunosupresif. Jahe merah bisa membantu meredakan keluhan infeksi virus semisal gangguan batuk, kembung, dan mual. Jahe juga aman dikonsumsi jangka panjang.
4. Sambiloto
Selain jahe merah, sambiloto pun punya dua sifat, baik imunostimulasi maupun imunosupresif. Sambiloto salah satunya dapat digunakan untuk mengatakasi badai sitokin.
Badai sitokin terjadi saat respons imun berlebihan sehingga tidak hanya menghancurkan virus tetapi sel tubuh lain ikut rusak sehingga timbul peradangan. Oleh karenanya, perlu ada substansi yang bersifat imunosupresif.
"Sambiloto ini bersifat antivirus, walau memang kita belum riset spesifik untuk SARS-CoV-2 [virus corona penyebab Covid-19], meski demikian harapannya bisa dipakai," kata Inggrid.
Selain itu, sambiloto juga memiliki fungsi antipiretik yakni untuk mengatasi gejala demam dan gejala lain yang menyertai saat terinfeksi virus. Herbal satu ini juga aman dikonsumsi jangka panjang.
5. Saffron
Saffron sebenarnya bagian tangkai putik dari bunga Crocus sativus atau Saffron crocus. Bagian tangkai putik ini kemudian dikeringkan sehingga kerap dimanfaatkan sebagai pemberi warna pada masakan atau minuman.
Saffron pun dimanfaatkan sebagai obat, khususnya untuk fungsi imunostimulasi. Namun, saffron memiliki harga selangit. Untuk memperoleh 1 kilogram saffron, Anda harus merogoh kocek sekitar US$1000-US$5000 (sekitar Rp14juta-Rp70juta).
Bukan cuma perkara khasiat, harga yang tinggi ini muncul karena tanaman saffron tumbuh di area yang begitu spesifik dengan masa panen yang terbilang sulit. (CNI)
Komentar Anda :