Niksen, Seni 'Bermalas-malasan' Demi Bebas Stres
Minggu, 02-02-2020 - 00:20:15 WIB
Niksen diyakini bisa membantu seseorang keluar dari lingkaran kesibukan dan membebaskan diri dari stres.
TERKAIT:
   
 

BULETINSATU.com -- Ketika semua pekerjaan dan kehidupan menjadi terlalu melelahkan dan membingungkan, suasana santai dan tenang bakal menjadi hal yang dirindukan.

The Power of to do nothing.. Menarik napas panjang, bersantai sejenak, menghirup segarnya aroma teh yang menenangkan, atau bahkan rebahan. Nikmatnya bersantai. Tak ada salahnya untuk bersantai barang sejenak kok.

Orang-orang di Eropa juga melakukan hal tersebut, di Denmark ada hygge konsep membuat hidup jadi lebih nyaman. Lagon di Swedia yang mendekati kehidupan dengan pola pikir semuanya dalam keseimbangan. Baru-baru ini, konsep keseimbangan hidup yang tengah jadi tren di Eropa Utara adalah Niksen. Tujuannya adalah untuk memerangi semua yang membuat kehidupan makin sibuk dan sering membuat stres.

Mengutip Time, konsep hidup ala Belanda ini sesederhana, tak melakukan apa-apa.

Apa itu niksen?

"Secara harafiah, niksen berarti tak melakukan apa-apa, diam, atau melakukan sesuatu tanpa ada gunanya," kata Carolien Hamming, direktur pelaksana CSR Centrum, pusat pelatihan di Belanda yang membantu orang untuk megelola stres dan pulih dari kejenuhan.

"Berlatih niksen bisa sesederhana hanya berjalan-jalan, melihat sekeliling, atau mendengarkan musik, apapun itu selama dilakukan tanpa ada tujuan tertentu yang mengarah pada hal produktif."

Ruut Vennhoven, sosiolog dan profesor di Erasmus University Rotterdam mengungkapkan yang harus dilakukan untuk melakukan niksen misalnya cukup duduk di kursi dan melihat keluar jendela. Dia menambahkan bahwa pada intinya, niksen adalah soal merasakan kehidupan dan menikmati saat ini, mengukir waktu untuk menikmati kehidupan bahkan membiarkan pikiran 'melayang-layang' santai dan bukan berfokus pada detail untuk melakukan sesuatu.

Manfaat Niksen

Tak dimungkiri, ada beberapa orang yang menganggap ini sebagai sebuah kemalasan dan membuang-buang waktu. Di Belanda sendiri, Hamming mengatakan bahwa dulu perilaku ini dianggap sebagai kemalasan atau kebalikan dari aspek produktif.

Namun, saat tingkat stres akibat pekerjaan dan aktivitas padat mulai meningkat di seluruh dunia dan menyebabkan banyak masalah kesehatan, niksen mulai dilirik sebagai cara ampuh untuk perangi stres.

"Semua orang mencari jalan kembali untuk menikmati hidup dan rekoneksi dengan dirinya," kata Eve Ekman, direktur pelatihan di Greater Good Science Center di University of California, Berkeley.

Ekman mengungkapkan bahwa niksen punya banyak manfaat, misalnya memperlambat emosional, mengurangi kecemasan. Sedangkan untuk fisik, niksen dianggap bisa melambatkan laju penuaan dan memperkuat imun tubuh untuk melawan flu.

Tak hanya itu, Veenhoven mengatakan kalau niksen akan membantu orang menemukan ide baru. Bahkan ketika menerapkan 'niks' atau tak melakukan apa-apa, otak manusia masih memproses informasi dan dapat menggunakan kekuatan yang ada untuk memecahkan masalah yang tertunda. Pada akhirnya akan meningkatkan kreativitas.

"Kita harus punya waktu untuk santai dan relaksasi bisa dikombinasikan dengan aktivitas yang mudah, misalnya merajut," kata Vennhoven.

"Salah satu dari aspek 'seni hidup' adalah menemukan cara santai yang paling cocok untuk Anda sendiri. Anda akan menemukan perilaku mana yang paling efektif untuk Anda setelah mencoba banyak cara."

Awalnya mungkin tak mudah untuk melakukan niksen, sebagai langkah awal, lakukan ini setidaknya seminggu sekali. Setelah seminggu bekerja, luangkan satu hari untuk benar-benar hidup tanpa janji atau kewajiban apapun.

"Berani diam," katanya. "Ini semua tentang membiarkan hidup berjalan sesuai rencana, dan membebaskan kita dari kewajiban sesaat," kata Hamming.

Pasalnya ketika Anda terlalu sering melakukan niksen, bukan cuma bakal dicap pemalas (karena mungkin akan terbawa), seseorang bisa saja terjebak di dalam imajinasinya sendiri. (CNI)



 
Berita Lainnya :
  • Niksen, Seni 'Bermalas-malasan' Demi Bebas Stres
  •  
    Komentar Anda :

     
    + Indeks Berita +
    01 OJK Riau Gelar Coaching Clinic Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) Bagi 38 PUJK di Riau
    02 Harga Bahan Kebutuhan Pokok di Pekanbaru Stabil Pasca Idul Fitri
    03 Pemprov Riau Sediakan 150 Stand UMKM Gratis di Gernas BBI dan BBWI, Begini Cara Daftarnya
    04 Israel Bersiap Giring Warga Palestina dari Rafah usai Tertunda
    05 Maret 2024, Impor Beras dan Gandum Melonjak
    06 Pj Gubri Akan Sentuh Infrastruktur Sampai ke 12 Kabupaten/Kota
    07 Disebutkan Media Korea, Shin Tae Yong Senjata Paling Berbahaya Indonesia
    08 Pj Gubri SF Hariyanto Minta BRS BPS Jadi Acuan Pengambilan Kebijakan Ekonomi
    09 Kepala Puskesmas Diingatkan Serius Jalankan Program Doctor On Call
    10 Hujan Sepanjang Hari, Waspada Petir Dan Angin Kencang
    11 Wujudkan Misi Untuk Kesejahteraan Umat, BRK Syariah Buka Sentra UMKM di Kantor Arifin Ahmad
    12 PHR Pastikan Produksi Migas Blok Rokan Tetap Produktif, Meski Sempat Diterjang Banjir
    13 BPS Umumkan Rilis Ekspor Riau Periode Maret 2024
    14 Tim Komisi II DPR RI Kunker di Riau
    15 Pengusaha Buka-bukaan Biang Kerok Gula Langka dan Mahal di Ritel
    16 STY Belum Puas Usai Bawa Indonesia ke Perempat Final Piala Asia U-23
    17 Jalankan Program Satu Guru Hafidz Satu Desa, Riau Telah Miliki 34.271 Hafidz dan Hafidzah
    18 Pj Gubri Resmi Buka MTQ Ke 42 di Dumai
    19 Cuaca Cerah Berawan, Namun Tetap Harus Waspada, Masih Ada Potensi Hujan di Riau
    20 Hari Kartini, PHR Junjung Tinggi Kesetaraan dalam Berkontribusi Bagi Negeri
    21 Pj Sekda Harap MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau Berjalan Sukses dan Lancar
    22 Waspada, Masih Ada Hujan di Sebahagian Besar Wilayah Riau
     
     
    Galeri Foto | Advertorial | Indeks Berita
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Tentang Kami | Info Iklan
    © Buletin Satu - News information About Riau