BMKG: Hujan Buatan Redam Karhutla Terjegal Langit Tak Berawan
Minggu, 15-09-2019 - 00:54:29 WIB
|
Kondisi saat kabut asap di Pekanbaru. |
JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menilai langkah penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terkendala kondisi langit yang cenderung bersih dan tidak berawan.
Menurutnya kondisi tersebut menyulitkan upaya pemerintah membuat hujan buatan di kawasan yang terdapat titik api (hotspot).
"Sejak bulan Juli sampai hari ini, langit Indonesia itu bersih hampir tidak ada awan. Sehingga upaya yang disiapkan BNPB untuk membuat hujan buatan tidak mudah terjadi," ucap Dwikorita disela konferensi media di gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (14/9), seperti dikutip dari laman CNNIndonesia.com.
Kendati demikian, Dwikorita mengatakan pihaknya telah mendeteksi adanya awan hujan sejak Jumat (13/9) pukul 22.00 WIB yang berpotensi untuk dijadikan hujan buatan.
Kemunculan awan ini nantinya akan digunakan oleh BNPB untuk menembakkan garam dalam proses pembuatan hujan buatan.
"Kami lihat potensi pertumbuhan awan saat ini terjadi si Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Papua. Dari daerah-daerah itu yang banyak kebakaran hujan adalah Riau," ungkapnya.
BMKG mengatakan sepanjang September curah hujan di Indonesia sangat minim. "Curah hujannya maksimal 10mm dalam 10 hari," ucapnya.
Namun BMKG mencatat wilayah-wilayah yang terkena karhutla akan memasuki musim hujan lebih awal yakni Oktober. Sementara sejumlah wilayah di Indonesia secara umum baru memasuki musim hujan di bulan November.
"Di daerah yang terkena kebakaran hutan, Oktober itu sudah ada yang mulai hujan," ungkapnya.(CNI)
Komentar Anda :